Senin, 01 Oktober 07 - oleh : admin
Oleh: Ardiani Mustikasari, S.Si, M.Pd
Aku terus mendengarkan, aku terus bertutur, aku terus mengamati, aku terus belajar dari apa pun dan siapa pun yang datang dan menghampiriku, setiap yang datang mengajariku sesuatu, mewarnai hatiku dan membuatku terpesona dengan keunikan mereka (Ronnie, D., 2005). Guru merupakan komponen paling penting di sekolah. Namun ketika mutu pendidikan di negara kita masih belum menggembirakan, benarkah apabila sorotan banyak kalangan hanya pada keberadaan guru? Apabila seorang guru dianalogkan dengan sebuah ember yang berisi. Guru menciduk dari ember dan memberikan kepada siswa-siswinya. Kemudian siapa yang seharusnya mengisi kembali ember sang guru?. Andalah siswa-siswi sang guru yang seharusnya mengisi ember itu dengan gairah-gairah belajar yang anda ciptakan. Karena saya yakin di mana pun kita belajar, sehebat apa pun materi yang disajikan, secanggih apa pun perlengkapan yag kita pakai, tanpa balikan dari anda semua, tidak akan memberikan hasil yang optimal. Bayangkan dihadapan seorang guru ada 40 lembar hasil karya yang harus dibaca dan diberi nilai dan karya-karya itu berisi hal-hal yang sama. Warnailah hari-hari sang guru dengan hasil-hasil karyamu yang lain daripada yang lain, yang membedakan anda dengan teman-teman yang lain. Berusahalah untuk terus memunculkan motivasi dan segala kelebihan yang ada dalam dirimu. Sehingga kamu menjadi individu unik dengan segala potensi. Bukankah sesuai dengan apa yang dikemukakan Howard Gardner bahwa ada delapan tipe kecerdasan pada manusia. Kedelapan tipe kecerdasa tersebut adalah kecerdasan berpikir dalam citra dan gambar (visual-spatial) yang digunakan oleh arsitek, pematung, pelukis, pemain catur, navigator, dan pilot. Kecerdasan berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik (kinestetik-fisik) yang digunaan oleh penari dan olah ragawan. Kecerdasan berpikir dalam kata-kata (linguistic-verbal) yang digunakan oleh penulis, editor, dan jurnalistik. Kecerdasan berpikir dalam irama dan melodi (musical-ritmik) yang digunakan oleh penggubah lagu, pembuat instrument, penata rekaman, dan penikmat musik. Kecerdasan berpikir dengan nalar (matematis-logis) yang digunakan oleh ahli matematika, akuntan, ilmuwan, dan pengacara. Kecerdasan berpikir dalam acuan alam raya (naturalis) yang diunakan oleh astronot, peramal cuaca, dan pecinta alam. Kecerdasa berpikir melalui interaksi dengan orang lain (interpersonal) yang digunakan oleh politisi, guru, penceramah, dan penjual. Kecerdasan berpikir secara reflektif (intrapersonal / intuitif) yang digunakan oleh pembicara, novelis, guru, dan penasehat. Oleh karena itu siswa-siswiku, setiap orang dapat sukses sesuai dengan potensi yang ada dalam dirinya masing-masing. Anda tidak perlu menjadi Bill Gate, Aristotle Onnasis, AA Gym, Bob Sadino, Anthony Robbins, Dale Carniege, Arif Rachman, dan lain-lain. Yang anda perlukan adalah menjadi diri anda sendiri. Teruslah berantusias untuk belajar. Anda adalah makhluk yang luar biasa, karena anda hasil karya tangan-tangan perkasa Sang Maha Pencipta. Sikapilah segala hal yang terjadi dengan sikap terbaik dengan memaksimalkan apa yang kalian miliki. Hidup ini harus diraih dengan cara yang baik dengan tetap menjaga kebersihan hati. Anda dapat menjadi insan-insan yang memiliki nilai-nilai moral. Anda akan menjadi generasi-generasi yang berintegritas, siap bekerja, unggul, kooperatif, produktif, penuh semangat, dan siap menciptakan lapangan pekerjaan, dengan hati yang dipenuhi rasa kasih dan penuh empati. Saya percaya ada mutiara di dalam diri setiap manusia, demikian juga pada diri anda dan saya. Mutiara yang siap kita dulang. Yang kita perlukan adalah meluangkan waktu untuk menemukan dan menambangnya dalam diri kita masing-masing. Jangan biarkan mutiara itu tak tersentuh dan terus menjadi misteri. Jadilah pembelajar yang selalu dahaga akan cahaya arahan, pijakan, dan contoh teladan. Mari sama-sama kita jawab dengan kerendahan hati segala resah sahabat-sahabat di luar sana terhadap mutu pendidikan di negeri ini dengan sebuah karya nyata. Kita sama-sama bahu membahu mengembalikan jati diri dunia pendidikan. Dari hal-hal yang kecil, kemauan untuk mengevaluasi diri sendiri dan kemauan untuk menyadari kekeliruan akan membuat kita mampu melihat hal-hal tersebut dari perspektif yang konstruktif. Demikian siswa-siswiku, jangan pernah takut! Ember itu tidak pernah akan menjadi kering karena diciduk oleh siswa-siswiku tercinta..
Minggu, 27 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar